Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Minggu, 08 Januari 2012

SASTRA PERBANDINGAN 1

Pengaruh Cerita Pewayangan Terhadap Cerita Panji di Jawa
Cerita pewayangan merupakan cerita yang adiluhung. Meskipun kita ketahui bahwa induk dari cerita pewayangan bukan berasal dari Jawa, namun cerita-cerita di dalam pewayangan tersebut sedikit banyak telah membawa pengaruh terhadap karya-karya sastra yang ada di Nusantara khususnya di Jawa. Pengaruh tersebut menjadi inspirasi-inspirasi para pujangga Jawa dalam menciptakan karyanya, sehingga karya sastra Jawa menjadi
bervariatif.
Meskipun demikian, ada sebagian dari para pujangga dan dan sebagian dari masyarakat Jawa yang merasa jenuh dengan cerita pewayangan yang mendapat pengaruh dari India. Hal ini disebabkan tidak berkembangnya bahasa Jawa Kuna yang dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta dari India. Selain itu, salah satu dari sifat budaya adalah terbagi, maksudnya meskipun pada masa itu ada karya sastra yang sedang berkembang, namun pasti ada salah satu pihak yang merasa tidak suka ataupun mengalami kejenuhan. Oleh karena itu, para pujangga Jawa menciptakan karya sastra asli Jawa yang dikenal dengan cerita panji. Pada kesempatan ini, kami akan mencoba membandingkan salah satu cerita panji, yaitu Panji Jayakusuma (Panji Kusuma) dengan salah satu cerita dalam pewayangan dengan lampahan (judul) “ Gathutkaca Lair”.
1.      Ringkasan cerita Gathutkaca Lahir.
Pada suatu hari, raja kerajaan Awangga yang bernama Narpati Basukarna (Adipati Karna) bertapa di hutan untuk meminta anugrah dari para dewa. Kemudian turunlah Bethara Surya, yang kemudian menjelaskan bahwa sebenarnya Adipati Karna bukanlah anak dari Pekathik Adirata, melainkan titisan Bethara Surya melalui permohonan Dewi Kunthi. Selain itu, Bethara Surya juga memberikan pusaka yang berupa keris yang bernama Kunta Wijayandanu. Bethara Surya berpesan bahwa pusaka itu hanya bisa dipakai sekali, sehingga harus berhati-hati dalam menggunakannya.
Raden Arjuna, adik dari Raden Werkudara meminta petunjuk kepada lurah Semar untuk mencari pusaka yang bisa memotong tali pusar putra kakaknya. Oleh lurah Semar diberi petunjuk agar mencari ke kahyangan. Kemudian turunlah Bethara Narada yang memberi tahu bahwa sesungguhnya pusaka yang raden Arjuna cari itu sudah diberikan oleh Bethara Surya kepada Narpati Basukarna. Bethara Narada menyuruh raden Arjuna agar memintanya kepada Narpati Basukarna. Maka terjadilah peperangan antara keduanya. Raden Arjuna tidak bisa merebut keris Kunta Wijayandanu, tetapi hanya bisa mengambil “sarung” dari keris tersebut (warangka).
Di kerajaan Jodhipati, Raden Werkudara dan Dewi Arimbi sudah menunggu kedatangan Raden Arjuna yang disuruh untuk mencarikan pusaka yang bisa memotong tali pusar anaknya. Kemudian Raden Arjuna datang dengan membawa warangka dari keris Kunta Wijayandanu. Raden Werkudara tidak yakin bahwa pusaka yang hanya warangka tersebut bisa memotong tali pusar putranya karena Kuku Pancanaka miliknya yang sangat tajam pun tidak bisa memotongnya. Namun oleh Prabu Kresna, Raden Arjuna tetap disuruh untuk mencoba memotong tali pusar bayi tersebut. Ternyata warangka tersebut berhasil memotong tali pusarnya. Namun bersamaan dengan lepasnya ta pusar, warangka tadi masuk ke dalam tubuh dari bayi tersebut.
Kemudian datanglah Bethara Narada yang mendapat perintah dari Bethara Guru untuk mengambil bayi tersebut. Bayi tersebut akan diasuh oleh dewa-dewa di kahyangan dan akan dijadikan jagonya para dewa. Kemudian Bathara Guru menyuruh Bathara Narada agar memasukkan bayi tersebut ke kawah Candradimuka. Para dewa kemudian memasukkan senjata yang beraneka ragam bersamaaan dengan dimasukkannya bayi tersebut. Seketika bayi tersebut berubah menjadi dewasa, kuat dan sakti mandraguna. Berotot kawat dan bertulang besi. Oleh Bathara Guru bayi tersebut diberi nama Raden Gathutkaca.
2.      Ringkasan cerita Panji Jayakusuma (Panji Kusuma).
Ada seorang ksatria dari kerajaan Singasari yang bernama Paris Kusuma mempunyai permaisuri bernama Pergiwangsa. Raja diramalkan akan mempunyai putra yang pandai dan kuat. Putra itu akan diasuh oleh orang-orang yang keluar dari batu.
Suatu hari, raja menderita suatu penyakit yang disebut rajasinga. Penyakit ini akan bisa sembuh apabila raja “memakai” seorang perempuan Irian. Permaisuri ingat bahwa ia mempunyai teman yang bernama Wandan Kuning. Wandan Kuning adalah seorang tawanan dari Irian. Ia ditempatkan di dapur dan tidak mempunyai pakaian lain selain yang melekat di badannya. Setelah ia dimandikan dan diberi pakaian yang bagus, kemudian “dipakai” oleh raja.
Penyakit yang diderita oleh raja tersebut sembuh. Kemudian Wandan Kuning mengandung dan melahirkan anak laki-laki bernama Brajanata. Setelah itu, raja mempunyai beberapa anak laki-laki lagi dari para selirnya, tetapi semuanya laki-laki, tidak ada yang perempuan.
Suatu hari raja terkena penyakit lagi. Untuk kali ini, raja bisa sembuh kalau “memakai” perempuan Bali. Akhirnya perempuan Bali inipun hamil dan raja sangat marah. Karena marahnya, raja menyuruh agar perempuan dari Bali ini dikubur hidup-hidup. Berkat pertolongan dari para dewa, wanita dari Bali ini tetap hidup di dalam kubur dan melahirkan seorang anak laki-laki. Oleh para dewa, badan anak itu ditukar dengan bahan-bahan yang lebih kuat. Seketika anak itu menjadi sakti dan kuat. Bersama dengan ibunya, ia keluar dari dalam kubur dan pergi menghadap raja. Akhirnya raja mengakuinya sebagai seorang anak dan diberi nama Raden Pamade.
3.      Jati diri kedua cerita diatas.
Cerita Gatutkaca Lair merupakan salah satu cerita yang berasal dari India dan merupakan bagian dari cerita Mahabharata. Untuk cerita yang kami angkat dalam makalah ini sudah condong ke cerita yang versi jawa karena dalam cerita ini ada tokoh punakawan. Padahal untuk versi India tidak ada punakawan.
Kemudian untuk cerita panji merupakan cerita asli Jawa. Dalam makalah ini, cerita yang kami angkat mengambil setting pada masa Kerajaan Singasari. Ditinjau dari umur, sudah jelas bahwa cerita Gatutkaca lair lebih tua dari cerita Panji Kusuma. Sehingga sedikit banyak cerita Gatutkaca Lair mempengaruhi cerita Pani Kusuma, baik tema maupun alur ceritanya.
4.      Pengaruh cerita Gatutkaca Lair terhadap tema dan alur cerita Panji Kusuma.
Pengaruh cerita Gatutkaca Lair terhadap tema cerita Panji Kusuma adalah keduanya sama-sama bertema perjuangan hidup seseorang. Selain itu, keduanya menggunakan alur maju.
5.      Pengaruh cerita Gatutkaca Lair terhadap amanat cerita Panji Kusuma.
Amanat yang terdapat dalam cerita ini adalah didalam hidup, apabila kita mempunyai kenginan ataupun cita-cita, kita harus berusaha, berdo’a dan berikhtiar. Hal ini dapat dillihat dari Raden Arjna yang berusaha mencarikan senjata untuk memotong tali pusar anaknya sampai bertarung dengan Adipati Karna. Sampai akhirnya mendapat pertolongan dari Bathara Guru.
Kemudian dalam cerita panji disebutkan bahwa salah satu wanita bali yang dihamili oleh rajanya, biarpun sampai dikubur hidup-hidup, namun tetap bersabar, sehingga mendapatkan pertolongan dari para dewa.
Refferensi:
Poerbatjaraka, Mpu.____. Tjerita-tjerita Pandji Dalam Perbandingan Djilid II. Yogyakarta: Jajasan Penerbitan FIP-IKIP.
Mangkunagara VII, K.G.P.A.A. 1978. Serat Pedhalangan Ringgit Purwa X. Jakarta: Depdikbud Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah.
http//: youtube.com-16-gathutkaca lair. Diakses tanggal 25 Maret 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar