Pengaruh
Cerita Pewayangan Terhadap Cerita Panji di Jawa
Cerita
pewayangan merupakan cerita yang adiluhung. Meskipun kita ketahui bahwa induk
dari cerita pewayangan bukan berasal dari Jawa, namun cerita-cerita di dalam
pewayangan tersebut sedikit banyak telah membawa pengaruh terhadap karya-karya
sastra yang ada di Nusantara khususnya di Jawa. Pengaruh tersebut menjadi
inspirasi-inspirasi para pujangga Jawa dalam menciptakan karyanya, sehingga
karya sastra Jawa menjadi
bervariatif.
Meskipun
demikian, ada sebagian dari para pujangga dan dan sebagian dari masyarakat Jawa
yang merasa jenuh dengan cerita pewayangan yang mendapat pengaruh dari India.
Hal ini disebabkan tidak berkembangnya bahasa Jawa Kuna yang dipengaruhi oleh
bahasa Sansekerta dari India. Selain itu, salah satu dari sifat budaya adalah
terbagi, maksudnya meskipun pada masa itu ada karya sastra yang sedang
berkembang, namun pasti ada salah satu pihak yang merasa tidak suka ataupun
mengalami kejenuhan. Oleh karena itu, para pujangga Jawa menciptakan karya
sastra asli Jawa yang dikenal dengan cerita panji. Pada kesempatan ini, kami
akan mencoba membandingkan salah satu cerita panji, yaitu Panji Jayakusuma
(Panji Kusuma) dengan salah satu cerita dalam pewayangan dengan lampahan (judul) “ Gathutkaca Lair”.
1.
Ringkasan
cerita Gathutkaca Lahir.
Pada suatu hari, raja kerajaan Awangga yang bernama
Narpati Basukarna (Adipati Karna) bertapa di hutan untuk meminta anugrah dari
para dewa. Kemudian turunlah Bethara Surya, yang kemudian menjelaskan bahwa
sebenarnya Adipati Karna bukanlah anak dari Pekathik Adirata, melainkan titisan
Bethara Surya melalui permohonan Dewi Kunthi. Selain itu, Bethara Surya juga
memberikan pusaka yang berupa keris yang bernama Kunta Wijayandanu. Bethara
Surya berpesan bahwa pusaka itu hanya bisa dipakai sekali, sehingga harus
berhati-hati dalam menggunakannya.
Raden Arjuna, adik dari Raden Werkudara meminta
petunjuk kepada lurah Semar untuk mencari pusaka yang bisa memotong tali pusar
putra kakaknya. Oleh lurah Semar diberi petunjuk agar mencari ke kahyangan.
Kemudian turunlah Bethara Narada yang memberi tahu bahwa sesungguhnya pusaka
yang raden Arjuna cari itu sudah diberikan oleh Bethara Surya kepada Narpati
Basukarna. Bethara Narada menyuruh raden Arjuna agar memintanya kepada Narpati
Basukarna. Maka terjadilah peperangan antara keduanya. Raden Arjuna tidak bisa
merebut keris Kunta Wijayandanu, tetapi hanya bisa mengambil “sarung” dari
keris tersebut (warangka).
Di kerajaan Jodhipati, Raden Werkudara dan Dewi Arimbi
sudah menunggu kedatangan Raden Arjuna yang disuruh untuk mencarikan pusaka
yang bisa memotong tali pusar anaknya. Kemudian Raden Arjuna datang dengan
membawa warangka dari keris Kunta
Wijayandanu. Raden Werkudara tidak yakin bahwa pusaka yang hanya warangka tersebut bisa memotong tali
pusar putranya karena Kuku Pancanaka miliknya yang sangat tajam pun tidak bisa
memotongnya. Namun oleh Prabu Kresna, Raden Arjuna tetap disuruh untuk mencoba
memotong tali pusar bayi tersebut. Ternyata warangka
tersebut berhasil memotong tali pusarnya. Namun bersamaan dengan lepasnya ta
pusar, warangka tadi masuk ke dalam
tubuh dari bayi tersebut.
Kemudian datanglah Bethara Narada yang mendapat
perintah dari Bethara Guru untuk mengambil bayi tersebut. Bayi tersebut akan
diasuh oleh dewa-dewa di kahyangan dan akan dijadikan jagonya para dewa.
Kemudian Bathara Guru menyuruh Bathara Narada agar memasukkan bayi tersebut ke
kawah Candradimuka. Para dewa kemudian memasukkan senjata yang beraneka ragam
bersamaaan dengan dimasukkannya bayi tersebut. Seketika bayi tersebut berubah
menjadi dewasa, kuat dan sakti mandraguna. Berotot kawat dan bertulang besi. Oleh
Bathara Guru bayi tersebut diberi nama Raden Gathutkaca.
2.
Ringkasan
cerita Panji Jayakusuma (Panji Kusuma).
Ada seorang ksatria dari kerajaan Singasari yang
bernama Paris Kusuma mempunyai permaisuri bernama Pergiwangsa. Raja diramalkan
akan mempunyai putra yang pandai dan kuat. Putra itu akan diasuh oleh orang-orang
yang keluar dari batu.
Suatu hari, raja menderita suatu penyakit yang
disebut rajasinga. Penyakit ini akan bisa sembuh apabila raja “memakai” seorang
perempuan Irian. Permaisuri ingat bahwa ia mempunyai teman yang bernama Wandan
Kuning. Wandan Kuning adalah seorang tawanan dari Irian. Ia ditempatkan di
dapur dan tidak mempunyai pakaian lain selain yang melekat di badannya. Setelah
ia dimandikan dan diberi pakaian yang bagus, kemudian “dipakai” oleh raja.
Penyakit yang diderita oleh raja tersebut sembuh. Kemudian
Wandan Kuning mengandung dan melahirkan anak laki-laki bernama Brajanata.
Setelah itu, raja mempunyai beberapa anak laki-laki lagi dari para selirnya,
tetapi semuanya laki-laki, tidak ada yang perempuan.
Suatu hari raja terkena penyakit lagi. Untuk kali
ini, raja bisa sembuh kalau “memakai” perempuan Bali. Akhirnya perempuan Bali
inipun hamil dan raja sangat marah. Karena marahnya, raja menyuruh agar
perempuan dari Bali ini dikubur hidup-hidup. Berkat pertolongan dari para dewa,
wanita dari Bali ini tetap hidup di dalam kubur dan melahirkan seorang anak
laki-laki. Oleh para dewa, badan anak itu ditukar dengan bahan-bahan yang lebih
kuat. Seketika anak itu menjadi sakti dan kuat. Bersama dengan ibunya, ia
keluar dari dalam kubur dan pergi menghadap raja. Akhirnya raja mengakuinya
sebagai seorang anak dan diberi nama Raden Pamade.
3.
Jati
diri kedua cerita diatas.
Cerita Gatutkaca Lair merupakan salah satu cerita
yang berasal dari India dan merupakan bagian dari cerita Mahabharata. Untuk
cerita yang kami angkat dalam makalah ini sudah condong ke cerita yang versi
jawa karena dalam cerita ini ada tokoh punakawan. Padahal untuk versi India
tidak ada punakawan.
Kemudian untuk cerita panji merupakan cerita asli
Jawa. Dalam makalah ini, cerita yang kami angkat mengambil setting pada masa
Kerajaan Singasari. Ditinjau dari umur, sudah jelas bahwa cerita Gatutkaca lair
lebih tua dari cerita Panji Kusuma. Sehingga sedikit banyak cerita Gatutkaca
Lair mempengaruhi cerita Pani Kusuma, baik tema maupun alur ceritanya.
4.
Pengaruh
cerita Gatutkaca Lair terhadap tema dan alur cerita Panji Kusuma.
Pengaruh cerita Gatutkaca Lair terhadap tema cerita
Panji Kusuma adalah keduanya sama-sama bertema perjuangan hidup seseorang.
Selain itu, keduanya menggunakan alur maju.
5.
Pengaruh
cerita Gatutkaca Lair terhadap amanat cerita Panji Kusuma.
Amanat yang terdapat dalam cerita ini adalah didalam
hidup, apabila kita mempunyai kenginan ataupun cita-cita, kita harus berusaha,
berdo’a dan berikhtiar. Hal ini dapat dillihat dari Raden Arjna yang berusaha
mencarikan senjata untuk memotong tali pusar anaknya sampai bertarung dengan
Adipati Karna. Sampai akhirnya mendapat pertolongan dari Bathara Guru.
Kemudian
dalam cerita panji disebutkan bahwa salah satu wanita bali yang dihamili oleh
rajanya, biarpun sampai dikubur hidup-hidup, namun tetap bersabar, sehingga
mendapatkan pertolongan dari para dewa.
Refferensi:
Poerbatjaraka, Mpu.____. Tjerita-tjerita Pandji Dalam Perbandingan
Djilid II. Yogyakarta: Jajasan Penerbitan FIP-IKIP.
Mangkunagara VII, K.G.P.A.A. 1978. Serat Pedhalangan Ringgit Purwa X.
Jakarta: Depdikbud Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan
Daerah.
http//: youtube.com-16-gathutkaca
lair. Diakses tanggal 25 Maret 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar