KAJIAN
TEORI FILOLOGI
NASKAH DENGAN JUDUL
“Srimpi, Lagon, Pasindhenan,
Gendhing Pandhelori Yasan Paguron Tamansiswa”
A. Filologi
Filologi berasal dari bahasa
Latin yaitu philos dan logos. Philos artinya cinta dan logos
artinya kata atau ilmu. Jadi filologi secara harfiah berarti cinta pada
kata-kata (Djamaris, 1977: 20). Setelah mengalami
perkembangan arti, maka pengertian filologi adalah pengetahuan tentang
sastra-sastra dalam arti luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan dan
kebudayaan (Baroroh-Baried,dkk., 1985: 54). Objek
penelitian filologi meliputi naskah dan teks. Dengan meneliti naskah
maka akan dapat diketahui bentuk kebudayaan suatu bangsa.
B.
Naskah dan Teks
Naskah adalah karangan tulisan
tangan baik asli maupun salinannya (Poerwadarminta, 1954: 447). Sedangkan
naskah Jawa adalah karangan tulisan tangan baik asli maupun salinannya yang
menggunakan bahasa Jawa baik bahasa Jawa Kuna, Jawa Pertengahan maupun Jawa
Baru yang ditulis dengan
aksara Jawa, Arab Pegon atau Arab Gondhil, Latin pada
bahan lontar, daluwang, dan kertas pada umumnya (Darusuprapta, 1985: 1).
Teks adalah rangkaian kata-kata
yang merupakan bacaan dengan isi tertentu atau kandungan naskah atau muatan
naskah atau uraian yang memberi informasi mengenai kebudayaan suatu bangsa pada
masa lampau yang disajikan dalam bentuk lisan atau tertulis. (Hesti Mulyani,
2009: 2).
C.
Bentuk teks
Teks yang berjudul “Srimpi,
Lagon, Pasindhenan, Gendhing Pandhelori Yasan Paguron Tamansiswa” merupakan
karya sastra Jawa yang berbentuk prosa dan tembang. Ditulis pada kertas folio
dengan menggunakan aksara Jawa dengan bahasa Jawa kuno. Teks ini ditulis pada
sisi kanan dengan menggunakan tinta warna hitam dan merah.
D.
Cara Kerja
Penelitian Filologi
Naskah baru bisa berharga,
apabila masih dapat dibaca dan dipahami (Djamaris, 1977: 20). Pemahaman teks
yaitu mengerti setiap kata dari istilah dalam teks dan bahasa teks. Adapun cara
kerja penelitian filologi adalah sebagai berikut:
1.
Inventarisasi Naskah
Inventarisasi naskah
yaitu mendaftar semua naskah yang ditemukan baik secara individu maupun
pengamatan langsung di perpustakaan-perpustakaan bagian pernaskahan. Naskah
tersebut didaftar dengan menggunakan nomor naskah, urutan naskah, tulisan
naskah, tempat dan tanggal penyalinan naskah, naskah tersebut kemudian dapat
dilihat dalam katalogus (Djamaris, 1977). Naskah dengan judul “Srimpi, Lagon, Pasindhenan,
Gendhing Pandhelori Yasan Paguron Tamansiswa” ini diinventarisasi di Perpustakaan
Tamansiswa Dewantara Kirti Griya Yogyakarta dengan kode AM. 14.
2.
Deskripsi Naskah
Deskripsi adalah
membuat uraian atau gambaran keadaan naskah secara fisik dan non-fisik dengan
teliti dan diuraikan secara rinci dan sejelas mungkin (Djamaris, 1977). Dalam tiap naskah
dijumpai bentuk atau ragam aksara Jawa yang berbeda-beda, hal itu dikarenakan
setiap penulis mempunyai ciri tulisan tersendiri. Penulisan aksara Jawa
bersifat silabik (Darusuprapta,1984) artinya satu aksara melambangkan satu
silabel atau satu suku kata.
3.
Membaca Naskah
Naskah yang dibaca
sebaiknya memiliki kriteria yang baik agar memudahkan untuk penelitian. Naskah
yang dipilih sebaiknya isinya lengkap dan tidak menyimpang dari naskah lainnya,
tulisannya jelas dan mudah dibaca, keadaan naskah baik dan utuh, bahasanya
lancar dan mudah dipahami, umur naskah lebih tua atau paling tua diantaranya
(Djamaris, 1977).
Ada dua cara dalam
pembacaan naskah yaitu secara heuristik dan hermeneutik. Membaca heuristik
adalah pembacaan menurut sistem bahasa yakni sistem bahasa normatif. Membaca hermeneutik
adalah pembacaan yang berusaha untuk menemukan makna dari naskah yang diteliti.
4.
Transliterasi Naskah
Transliterasi
adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad ke abjad yang
lain. Dalam penelitian “Srimpi, Lagon, Pasindhenan, Gendhing Pandhelori Yasan
Paguron Tamansiswa” transliterasi
yang dilakukan yaitu transliterasi standar atau transliterasi ortografi yaitu
penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad ke abjad yang lain
sesuai dengan pedomaan ejaan huruf latin berbahasa Jawa yang disempurnakan yang
masih berlaku.
Transliterasi ini
bertujuan untuk: 1) memperkenalkan atau mengetahui naskah-naskah lama yang
ditulis dengan huruf daerah, 2) penyebarluasan isi naskah karena banyaknya
orang yang tidak mengenal atau akrab dengan tulisan daerah, 3) memudahkan
pembacaan isi naskah. 4) mempercepat pemahaman isi naskah dalam kepentingan
penelitian naskah (Hesti Mulyani, 2009: 66-67).
5.
Parafrase
Naskah dengan judul
“Srimpi, Lagon, Pasindhenan, Gendhing Pandhelori Yasan Paguron Tamansiswa” adalah
naskah yang berisi tembang atau bisa
disebut puisi tetapi sebagian berbentuk prosa. Jadi bisa dikatakan bahwa naskah
ini berbentuk puisi-prosa. Agar mudah dalam memahaminya maka perlu dibuat
parafrasenya.
6.
Terjemahan
Terjemahan adalah
penggantian bahasa satu menjadi bahasa yang lain atau pemindahan makna dari
bahasa sumber ke bahasa sasaran (Darusuprapta,1984: 11). Dalam terjemahan
dimungkinkan mengubah susunan kalimat. Tanda baca dalam tembang mengikuti tanda
yang berlaku dalam teks Indonesia (Padmosoekatja, 1953: 29). Dalam terjemahan
diterjemahkan berdasarkan konteks kalimat (terjemahan bebas) karena susahnya
mencari padanan kata bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar